THE BAND
First and foremost: Alex Turner is real! Bukan Artifical Intelligence, bukan ilusi visual. I saw him in the flesh. Dari jarak jauh aja cakep banget. Photos above are official releases from the concert, shot by gladinasaska.
Antara recording dan live performance-nya sih Arctic Monkeys ga pernah ada yang raguin kalau semua sama-sama megah. Apalagi venue kemarin itu indoor dan kualitas sound-nya oke.
Gue sendiri dateng ke konser itu selain buat karaoke-an, ya buat lihat langsung snippet-snippet kecil yang ada di antara lagu. Jadi di tur Asia ini Alex lumayan banyak gimik. Di R U Mine? ngangkat mic stand lama banget, ngacak-ngacak rambut saking gerahnya, do the macarena di Don’t Sit Down Cause I Moved Your Chair, taunting audiences di From The Ritz to The Rubble, ngelap muka pas Arabella, di bridge-nya Pretty Visitors ganti-ganti gimik yang Jakarta kebagian bowling setelah di Jepang sempet pura-pura pakai metal detector, dll.
– Pas Arabella (vid by kenthadi):
– The signature, mythical lion hair from this Asia tour during Pretty Visitors (vid by yolaambarita):
– Bonus Matt ga ketangkep stik drumnya pas Teddy Picker (vid by yolaambarita):
Setlist-nya mereka cuma sedikit banget berubah dari beberapa tahun lalu, which is a good thing for the Jakarta crowd in particular karena ini pertama kalinya mereka ke Indonesia. TBH+C & The Car cuma dapet 6 lagu dari total 21 lagu yang dibawain. Euphoria puncaknya tetep di lagu-lagu lama kayak I Bet You Look Good on The Dancefloor, Brianstorm, dan Teddy Picker.
Listening in-person how Sculptures is as an opening song is almost a spiritual experience. The drop at the start with the lights. Holy!
Ngga dapet Do Me A Favour, One Point Perspective, dan Big Ideas di Jakarta tapi seneng dapet yang lebih langka: Knee Socks.
– Setlist yang sekarang jadi punyanya dandyprs_:
Body Paint now has extended outro that they utilize as their jamming/ flexing time. Dulu padahal ya ngarepnya mereka nerusin pakai The Jam of Boston sebelum masuk ke Tranquility. Tapi gapapa sih kalo sekarang substitusinya jadi outro Body Paint.
– The Jam of Boston di ACL Fest 2018 (vid by lllukplah M):
Alex crowd interaction-nya emang built-in di setlist gue rasa. Itu-itu doang dan hampir semua venue kata-katanya mirip: “..thank you for having us, [INSERT CITY NAME HERE], what a wonderful audience…”; “..it’s the Arctic Monkeys…” Memang tidak boleh ngarep lebih dari akamsi Sheffield yang satu itu.
– Crowd interaction versi Jakarta 18 Maret 2023:
– Crowd interaction versi Tokyo 12 Maret 2023:
Alex juga masih megang kata-katanya dari dulu untuk ga akan pelit kalau diminta foto bareng fans. Cuma memang pengamanannya AM yang jadi berlapis. Footages of them being rushed to places are plenty from this Asia tour:
– Sources are alvinmahesa, itsbustaman, yolaambarita, and rifqyadityaputra:
(ngeliat Jamie masih nenteng case gitar sendiri tuh kayak why sih Jaimeeh…)
THE CROWD
Dari grup Arctic Monkeys Indonesia banyak yang sebel sama poser karena kebanyakan penonton ga sing along. Terutama di kategori standing, pada berebut mau di tengah dan depan barikade cuma biar dapet foto/ video “lagu ganteng” (baca: Do I Wanna Know?). Walau yaa akhirnya pada maklumin juga sih, orang punya bahagianya masing-masing. Semua juga seneng kalau ternyata mereka bisa dapat footage yang beneran bagus.
Sedih sekali pas Pretty Visitors pada ngga angkat tangan. Gue sendiri terngiang-ngiang terus protesnya Alex di Glastonbury 2013 (“..and to all those fellas out there that were just too cool to wave their arms in the ‘Pretty Visitors’ chorus..”) jadi ketika chorus pertama gue angkat tangan sendirian, tapi pas selanjutnya udah ga berani karena mencegah dibilang ga considerate dengan yang mau ngerekam di belakang.
– I Bet You Look Good On The Dancefloor, Arctic Monkeys, Glastonbury 2013:
Oh the fashun! Banyak yang keren-keren ih ku akui. Tapi memang kalau dateng ke konsernya AM ini siap-siap untuk jadi nonplayer character alias NPC di dunianya mereka lah, cukup jadi main character di dunia sendiri aja. Mau dandan sehebring apapun ga akan di-notice. But really I appreciate those who are so extra, wearing leather jackets, denims, boots, docmarts, platform heels, kerchiefs, etc.
– Sped-up video of people attending Arctic Monkeys Jakarta:
Flashlight pas Cornerstone merinding sih. Pertama lihat yang inisiasi di tribun, lalu nyebar satu stadium.
Nyanyiin melodi di hampir tiap lagu dan tepuk tangan pas intro 505 juga kita keren :’)
THE PROMOTOR
ON TIME! Akselerasi nih gila hebat banget soal pengaturan waktunya. Dari awal pengumuman di-drop, penjualan tiket (tanpa ada drama server down lho yaa terima kasih, tapi emang 5 menit ludes haha) (walau setelah itu sebenarnya beberapa tiket tetap available karena sebagian yang beli di menit-menit awal itu calo tanpa modal), penukaran tiket ke wristband, open venue, open gate, show start, semua bebas dari kata terlambat.
Jadi di dalam venue, backdrop alias photobooth dipasang di 2 lokasi DAN gambarnya bolak-balik, jadi total ada 4 titik photobooth, yang semuanya dijaga event crew buat motoin. Ini thoughtful banget sih, karena yang nonton sendirian memang ga sedikit dan yang nonton barengan pun pasti mau punya foto bersama. Keren!
– Top view of a photobooth:
Event crew semuanya oke-oke banget. Tim medis kelihatan wara-wiri dan ada booth-nya juga di hall lantai 1. Crew yang di bagian penonton tribun kalau ditanya lokasi tempat duduk bakal dianterin ke seat-nya, bukan cuma diarahin atau ditunjuk tunjuk. Crowd control crew yang pakai baju/ rompi kuning beneran banyak dan aktif jagain mulai dari antri tuker tiket, di depan gate, flow naik ke lantai 2 di dalam venue, sampai area standing yang langsung dibersihin alias penontonnya diusir-usirin 10 menit setelah konsernya selesai (dengan tegas dan baik!).
Kursi kita semua ada nomernya HAHAHA. Ini penting, soalnya minggu sebelumnya ada tragedi drama kursi di konsernya BLACKPINK. Selain kursinya yang dikasih sarung hitam (di konser Stray Kids ga gini), stiker kursinya juga niat banget bikinnya: kotak kecil dipotong rapi. Kuambil dan sekarang jadi tempelan di casing HP.
Wristband juga ada nomer kursinya. Ini mungkin bikin penukaran tiket jadi sedikiiit agak lama karena stafnya harus konfirmasi betul nomer seatnya dan ketika aku nuker, ada bagian yang ditulis manual, ga sekedar kategori (kecuali untuk yang standing), tapi diantisipasi dengan buka penukaran wristband-nya 2 hari, dari 10 pagi sampai 10 malam.
– POV ngantri tukar wristband hari Sabtu jam 10 pagi:
Tambahan yang kita tau setelah konsernya selesai: Akselerasi dan konser Jakarta ini dapet recognition sebagai promotor terbaik di leg Asia, dengan best dressing room ever, best crowd and hospitality for this Asia tour, and best crowd flow with zero complaints. Gila emang Akselerasi Entertainment kerjanya hebat banget. Five stars out of five!
Cuma camera work sepanjang konser yang kadang bikin greget sih. Ini entah yang mengoperasikan tim Akselerasi lokal atau dari manajemen AM-nya. Kemarin untuk di layar lebarnya selain nge-shot Alex, juga banyak nge-shot Matt, tapi Nick & Jamie screentime-nya dikit banget. Trus beberapa gimik Alex kelewat, jadi ga masuk layar lebar. Untungnya sekarang banyak banget fancam-fancam jadi apapun yang terjadi di stage bisa dilihat ulang di Instagram.
THE VENUE
Toiletnya banyaaak beneeer! Menyenangkan kalo venue begini apalagi buat yang cewe-cewe dimana antri toilet udah kayak antri bansos. Walau sempat kemarin dapat toilet yang water pressure-nya hilang dan ngga bisa di-flush HAHAHA. Jadi harus ngebidet yang lama biar bening lagi dulu sebelum keluar stall.
AC-nya dinginnya cukup. Walau kalau udah rame dan seseru kemarin ya gerah juga akhirnya.
Minusnya konser kemarin cuma stage-nya kurang tinggi kalau kata penonton yang standing. Tapi menurut Akselerasi, itu ternyata requirement dari band-nya, dan mereka ga berhasil nego soal panggung itu.
– Akselerasi Entertainment post-concert post:
Lokasi venue yang di Ancol ini ada plus minusnya sih. Plusnya adalah parkiran luas, dan orang familiar untuk ke sana. Minusnya yang dirasa kemarin adalah bahwa kalau masuk kawasan Ancol harus bayar tiket pengunjung lagi (Rp25.000,- per orang ditambah tiket kendaraan kalau bawa), dan pulangnya ribet, dalam artian untuk yang bawa mobil sendiri harus berjibaku dengan kemacetan bersama truk-truk pelabuhan yang gede banget, sementara untuk yang pakai kendaraan umum harus usaha tambahan pakai Gojek/ Grab/ ojek lokal karena venue jauh dari stasiun.
Kapasitas dalam concert hall-nya sekitar 18,000 kalau menurut website BCIS-nya. Tapi lantai 1 dan hall-nya luas banget. Ga ada penampakan orang berkerumun numpuk ga jelas. Hall untuk food and beverages area juga tertata rapi, meja kursi untuk makan banyak, booth official merchandise bisa dibikin sekitar 10 baris walaupun masih tetap panjang antriannya dan itu semuanya rapi banget.
Bersih. Kantong sampah pun ada di banyak pilar dan selalu dimonitor isinya sehingga ngga ada yang sampah berserakan.
Pertama kali diumumin kalau konsernya akan di venue ini, gue lalu baca-baca ulasan dari event sebelumnya. Stray Kids karena belum lama manggung di sana, jadi cukup banyak KPop-ers yang bikin vlog dan mereview positif tempat ini. Dan kalau KPopers udah bilang suatu venue bagus buat konser, gue percaya lah pokoknya sama mereka yang emang jauh lebih hardcore dan experienced mengenai perkonseran.
MY OWN TAKES
Pas announcement sudah bertekad harus beli tiket berdiri saking mumpungnya mereka dateng, tapi di hari war tiket bermawas diri dan milih tiket duduk. The tickets were sold out in 5 minutes and I happened to be lucky enough to get it AND got middle & front-ish seat in my category.
Jadi kan seat gue nomer D63, sebelah kanan gue di D64 itu ada Mbak dengan temen bulenya di D65. Wherever you are, makasih ya udah rame juga sampai teriak-teriak dan hentak-hentak kaki. Gue ngerasa aneh kalo sampai kalian kaku atau sepanjang acara ngerekam doang kayak Mas sebelah kanan gue di D62 heehee.
Walau gue sih ngga ngerasa gimana² juga sama yang sepanjang konser sibuk ambil foto dan video karena toh lewat mereka gue bisa merasakan kembali momen-momen konser dari ribuan POV yang berbeda.
Post concert depression is realllllllllllll! Dua hari setelah acara, dunia gue masih berputarnya di mereka: nonton ulang footages, set wallpaper handphone jadi foto dari konser, humming lagunya tiap menit, dll. Hari ketiga mulai oke tapi malah dengerin band lain yang sekiranya nanti ada rejeki pengen didatengin juga konsernya. Bener-bener pulih dari PCD itu ya seminggu setelah konser.
Jadi setelah pulang itu gue baru join grup Whatsapp-nya Arctic Monkeys Indonesia, dan seru bangeeet pada tukeran footages dan foto-foto aib random yang dipunya.
Masuk grup AM ID itu berguna banget sih, karena gue pas konser kemarin beneran ga ambil foto atau video satupun, tapi hp dipakai untuk rekam audio. Nah, rekaman audio pribadi ini ngebantu banget buat ngatasin PCD. Footages kalau dari orang lain kan hanya bisa menangkap konsernya secara umum ya, tapi kalau audio yang direkam sendiri itu kan sangat personalized. Obrolan atau celetukan orang-orang di sebelah kanan kiri depan belakang ikut terekam, yang bikin jadi lebih gampang untuk inget momen-momen tertentu.
Pas bridge-nya Knee Socks (“..you and me could’ve been a team each had a half of a king and queen seat, like the beginning of Mean Streets you could Be My Baby..”) itu kerasa banget gue nyanyi sendirian di sekitar hahaha. That’s one of my most favorite sessions. Di rekaman audio gue itu di sepanjang konser, suara nyanyi gue ga kedengeran saking berisiknya semua orang. Tapi pas bridge itu aja yang gue bisa denger jelas suara sendiri karena di sekitar jarang banget yang hapal. Lirik itu spesial buat gue karena itulah yang bikin gue nonton film Mean Streets dan akhirnya cinta dengan genre film mafia & true crime.
Salut sama yang outfitnya all-out dengan jaket kulit hitam, sepatu boots sebetis, dll. Lihatnya seru. People are so coool! Walau pas udahan konsernya banyak mbak-mbak yang nenteng docmart saking capeknya itu kaki dibawa konser hahaha.
Gue sendiri udah sampai di masa comfort >>> style. Seminggu sebelum hari H udah nyiapin combat boots & dress hitam polos. Ujung-ujungnya pakai celana chino, kaos biasa, outer panjang, dan sepatu New Balance.
So, what’s next?
Nonton konser & dateng ke festival nih candu memang ternyata. September 2022 lalu udah ke Bandung ke Playlist Love Festival, Maret ini lihat Arctic Monkeys, nanti Juli sebenarnya ada godaan We The Fest. Tapi kalau harus bikin concert bucket list, mungkin punya gue isinya begini:
Because of how immersive the experiences will be:
- The 1975, At Their Very Best
- Marc Rebillet
- Coldplay
Because I simply just want to go:
- Queens of The Stone Age
- Lana del Rey
- Tame Impala
- The Strokes
Because I can sing along to their songs:
- The Last Shadow Puppets
- Bad Bunny
- J. Balvin
- Men I Trust
- Marc Anthony
- Kylie Minogue
- 911
- Mini Mansions
- Barry Manilow
- Kings of Convenience
Kings of Convenience sebenarnya ke Jakarta tanggal 9 Maret dan Men I Trust tanggal 14 Maret kemarin. The 1975 dan The Strokes juga masuk line-up di We The Fest 2023. Tapi kan uang saya masih ada serinya ya, jadi ga bisa slebor hambur hambur uwang. Semoga lain kali!